Masih banyak terdapat kesalahan pemahaman dari kalangan kaum Muslimin khususnya terkait dengan kebolehan menggunakan produk buatan orang kafir, sebagian dari umat Islam sendiri membenci umat Islam lainnya yang tidak sepaham dengannya, sebagai contoh ketika sebagian besar umat Islam menolak dipimpin oleh orang kafir, terutama pada saat menjelang pemilu, baik pilkada, pilgub maupun pilpres,
Lontaran sindiran dengan berbagai macam ragamnya seperti "menolak pemimpin kafir tapi enjoy dengan produk buatan orang kafir" dan sindiran-sindiran lainnya dari yang bernada lembut sampai bernada sinis dihujamkan kepada kaum Muslim baik yang datang dari orang-orang kafir maupun dari kaum Muslimin itu sendiri.
Untuk menjawab pertanyaan Bolehkah Umat Islam Menggunakan Produk Buatan Orang Kafir Seperti FB, G+, Tweeter dll ? tulisan di bawah ini kiranya mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Hadlarah
Islam
Oleh : Taqiyuddin
An-Nabhani
Terdapat perbedaan antara Hadlarah
dan Madaniyah. Hadlarah adalah sekumpulan mafahim (ide yang dianut dan
mempunyai fakta) tentang kehidupan. Sedangkan Madaniyah adalah bentuk-bentuk
fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek
kehidupan. Hadlarah bersifat khas, terkait dengan pandangan hidup. Sementara
madaniyah bisa bersifat khas, bisa pula bersifat umum untuk seluruh umat
manusia. Bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan dari hadlarah, seperti patung,
termasuk madaniyah yang bersifat khas. Sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang
menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri tergolong
madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia. Bentuk madaniyah yang
terakhir ini bukan milik umat tertentu, akan tetapi bersifat universal seperti
halnya sains dan teknologi/industri.
Perbedaan antara hadlarah dengan
madaniyah harus selalu diperhatikan. Begitu pula harus diperhatikan perbedaan
antara bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk suatu hadlarah, dengan
bentuk-bentuk madaniyah yang merupakan produk sains dan teknologi/industri. Hal
ini amat penting pada saat kita akan mengambil madaniyah, agar kita dapat
membedakan bentuk-bentuknya atau agar dapat membedakannya dengan hadlarah.
Jadi, tidak ada larangan bagi kita untuk mengambil bentuk-bentuk madaniyah
Barat yang menjadi produk sains dan teknologi/industri. Namun madaniyah Barat
yang merupakan produk hadlarah-nya, jelas tidak boleh kita ambil, karena
jelas-jelas bertentangan dengan hadlarah Islam, baik dari segi asas dan
pandangannya terhadap kehidupan, maupun dari arti kebahagiaan hidup bagi
manusia.
Hadlarah Barat dibangun berdasarkan
pemisahan agama dari kehidupan dan pengingkaran terhadap peran agama dalam kehidupan.
Hal ini berakibat munculnya paham sekular, yaitu pemisahan agama dari urusan
negara suatu hal yang wajar bagi mereka yang memisahkan agama dari kehidupan
dan mengingkari keberadaan agama dalam kehidupan. Diatas landasan inilah mereka
tegakkan sendi-sendi kehidupan beserta peraturan-peraturannya. Kehidupan
menurut mereka hanya untuk (meraih) manfaat/maslahat. Manfaat menjadi ukuran
bagi setiap perbuatan mereka. Manfaat merupakan dasar tegaknya sistem dan
hadlarah Barat. Dari sinilah manfaat menjadi paham yang menonjol dalam sistem
dan hadlarah ini. Menurut mereka, kehidupan ini semata-mata hanya digambarkan
dalam kerangka manfaat. Sedangkan kebahagian mereka artikan sebagai usaha untuk
mendapatkan sebanyak mungkin kenikmatan jasmani, serta tersedianya seluruh sarana
kenikmatan tersebut. Dengan demikian hadlarah Barat adalah hadlarah yang
dibangun berdasarkan mashlahat saja. Tidak ada nilai lain selain manfaat.
Mereka tidak mengakui apapun selain manfaat. Mereka jadikan manfaat sebagai
ukuran bagi setiap perbuatan. Aspek kerohanian -menurut mereka-, menjadi urusan
pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masyarakat, dan terbatas hanya pada
lingkungan gereja serta para gerejawan. Wajar, dalam hadlarah Barat tidak
terdapat nilai-nilai moral, rohani, dan kemanusiaan. Yang ada hanya nilai-nilai
materi dan manfaat saja. Atas dasar inilah segala aktivitas kemanusiaan diambil
alih oleh organisasi-organisasi yang berdiri sendiri di luar pemerintahan,
seperti organisasi Palang Merah dan missi-missi zending. Seluruh nilai-nilai
telah tercabut dari kehidupan kecuali nilai materi, yaitu memperoleh
keuntungan. Jelas bahwa hadlarah Barat sebenarnya adalah himpunan dari mafahim
tentang kehidupan sebagaimana diuraikan sebelumnya.
Adapun hadlarah Islam berdiri di
atas landasan yang bertentangan dengan landasan hadlarah Barat. Pandangannya tentang
kehidupan dunia juga berbeda dengan yang dimiliki oleh hadlarah Barat. Demikian
pula arti kebahagiaan hidup menurut Islam sangat berlawanan dengan arti
kebahagiaan hidup menurut hadlarah Barat. Hadlarah Islam berdiri atas dasar
iman kepada Allah SWT, dan bahwasanya Dia telah menjadikan untuk alam semesta,
manusia, dan hidup ini suatu aturan yang masing-masing harus mematuhinya.
Diutusnya untuk kita, Nabi Muhammad SAW dengan membawa Agama Islam. Jadi, hadlarah
Islam berdiri di atas dasar akidah Islam yaitu beriman kepada Allah,
Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab suci-Nya, Hari Kiamat,
serta kepada Qadla dan Qadar baik buruknya dari Allah SWT. Akidahlah yang
menjadi dasar bagi hadlarah ini. Dengan demikian hadlarah ini berlandaskan pada
asas yang memperhatikan ruh (yaitu hubungan manusia dengan Pencipta).
Konsep kehidupan menurut hadlarah
Islam, dapat dilihat dalam konsep dasar Islam yang lahir dari akidah Islam serta
yang menjadi dasar bagi kehidupan dan perbuatan manusia di dunia.
Konsep dasar itu adalah penggabungan
materi dengan ruh, yaitu menjadikan semua perbuatan manusia berjalan sesuai
dengan perintah Allah dan larangan-Nya. Konsep ini yang menjadi dasar
pandangannya tentang kehidupan.
Sebab, pada hakekatnya perbuatan manusia itu adalah materi. Sedangkan kesadaran
manusia akan hubungannya dengan Allah pada saat perbuatan itu dilakukan,
ditinjau dari halal-haram-nya perbuatan, adalah ruh. Maka terjadilah penggabungan
antara materi dengan ruh. Dengan demikian jalur perbuatan seorang muslim adalah
perintah Allah dan larangan-Nya. Sedangkan tujuan yang mengarahkan amal
perbuatan agar berjalan di atas jalur perintah Allah dan larangan-Nya adalah
keridlaan Allah semata, bukan manfaat. Sedangkan maksud dilakukannya suatu
perbuatan adalah nilai yang senantiasa diraih manusia tatkala dia melakukan
suatu perbuatan. Nilai ini tentu saja berbeda-beda tergantung dari jenis perbuatannya.
Adakalanya nilai itu bersifat materi, misalnya orang berdagang yang bermaksud
mencari keuntungan. Perbuatan dagangnya itu merupakan perbuatan yang
bersifat materi, sedangkan yang mengendalikan perbuatan dagangnya adalah kesadarannya
akan hubungan dirinya dengan Allah, sesuai dengan perintah dan larangan-Nya
karena mengharap ridla Allah. Adapun nilai yang ingin diperoleh dari
aktivitas dagangnya adalah keuntungan, yang merupakan nilai materi.
Kadang-kadang nilai suatu perbuatan bersifat kerohanian, misalnya Shalat, Zakat,
Shaum atau Haji. Ada pula yang bersifat moril, seperti jujur, amanah atau tepat
janji. Bisa juga bersifat kemanusiaan, seperti menyelamatkan orang yang
tenggelam atau menolong orang yang berduka. Nilai-nilai semacam ini senantiasa
diusahakan manusia untuk dapat terwujud pada saat ia melakukan perbuatan. Hanya
saja nilai-nilai tersebut bukanlah penentu suatu perbuatan, dan bukan pula
tujuan utama dilakukannya perbuatan. Jadi, hanya sekedar nilai perbuatan yang
berbeda-beda tergantung dari jenis perbuatan.
Selain itu, kebahagiaan hidup
menurut Islam adalah mendapatkan ridla Allah SWT. Bukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmani manusia. Sebab, pemuasan kebutuhan manusia, baik yang bersifat jasmani
maupun naluri merupakan sarana mutlak untuk menjaga kelangsungan hidup manusia,
tetapi tidak menjamin adanya kebahagiaan.
Inilah pandangan hidup menurut
Islam, dan inilah dasar bagi pandangan tersebut, yang menjadi asas bagi
hadlarah Islam. Tentu sangat berlawanan dengan hadlarah Barat. Begitu pula halnya
dengan bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan hadlarah Islam yang jelas-jelas
bertentangan dengan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk hadlarah Barat.
Sebagai contoh, lukisan adalah bentuk madaniyah. Kebudayaan Barat menganggap
bahwa lukisan perempuan telanjang yang menampilkan seluruh bentuk keindahan
tubuh sebagai madaniyah yang sesuai dengan paham kehidupannya terhadap wanita.
Karena itu, orang Barat memandangnya sebagai bentuk madaniyah yang bersifat
seni yang diagung-agungkan jika memenuhi syarat-syarat seni. Namun bentuk
madaniyah semacam ini bertentangan dengan hadlarah Islam dan berlawanan dengan
pandangannya terhadap wanita, yaitu sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga.
Islam melarang lukisan semacam ini, karena akan merangsang syahwat biologis lelaki/wanita
yang berasal dari naluri melestarikan jenis manusia dan dapat menyebabkan
kerusakan akhlak. Contoh lain, apabila seorang muslim hendak mendirikan
rumah yang termasuk salah satu bentuk madaniyah, maka ia akan membangun
rumahnya sedemikian rupa agar jangan sampai aurat wanita penghuni rumah mudah
terlihat oleh orang luar, misalnya dengan mendirikan pagar di sekeliling
rumahnya. Lain halnya dengan orang-orang Barat, mereka tidak memperhatikan
hal-hal semacam ini sesuai dengan hadlarah-nya. Dengan demikian, seluruh bentuk
madaniyah yang menjadi produk hadlarah Barat seperti patung dan sejenisnya,
model pakaian, apabila memiliki ciri khas orang-orang kafir, tidak boleh
dipakai oleh orang muslim. Sebab, pakaian semacam ini menyandang pandangan
hidup tertentu. Akan tetapi jika tidak demikian, yakni telah menjadi kebiasaan
dalam berbusana dan tidak dianggap sebagai pakaian khusus orang kafir -hanya
dipakai untuk sekedar memenuhi kebutuhan atau pemanis busana-, maka pakaian
tersebut
termasuk jenis madaniyah yang
bersifat umum dan boleh dikenakan.
Bentuk-bentuk madaniyah yang
dihasilkan oleh sains dan teknologi/industri, seperti alat-alat laboratorium,
alat-alat kedokteran, mesin-mesin industri, perabotan rumah tangga, permadani, alat-alat
elektronik dan lain sebagainya. Semua ini termasuk bentuk madaniyah yang
bersifat universal, sehingga boleh diambil tanpa khawatir
terhadap sesuatu. Bentuk-bentuk ini bukan produk hadlarah serta tidak ada
hubungan dengan hadlarah.
Dengan melihat selintas saja pada
hadlarah Barat yang berkuasa di dunia saat ini, maka kita dapati bahwa hadlarah
ini tidak mampu menjamin ketenangan dan ketenteraman manusia. Sebaliknya,
hadlarah ini telah menyebabkan kesengsaraan yang diderita oleh seluruh dunia.
Hadlarah yang landasannya adalah memisahkan agama dari kehidupan, yang bertentangan
dengan fitrah manusia, dan tidak memandang aspek spritual sedikit pun dalam
kehidupan umum, memandang bahwa kehidupan dunia sebagai manfaat belaka, serta
menjadikan hubungan sesama
manusia berdasarkan pada manfaat.
Hadlarah semacam ini tidak menghasilkan apa-apa selain kesengsaraan dan
keresahan yang terus-menerus. Sebab, selama manfaat dijadikan asas, akan mengakibatkan
perselisihan dan baku hantam dalam memperebutkannya. Hubungan sesama manusia
dibangun dengan mengandalkan kekuatan, menjadi sesuatu yang wajar. Karena itu,
penjajahan merupakan hal yang wajar bagi penganut hadlarah ini. Akhlak pun
menjadi guncang. Sebab, hanya manfaat saja yang tetap menjadi asas kehidupan.
Dengan demikian, wajar jika akhlak telah tergerus dari kehidupan masyarakat
Barat, bersamaan dengan tergesernya nilai-nilai kerohanian. Maka, menjadi wajar
pula bila kehidupan ini berjalan atas dasar persaingan, permusuhan, baku
hantam, dan penjajahan. Krisis kerohanian melanda umat manusia, keresahan yang
kronis, serta kejahatan yang merajalela di seluruh dunia merupakan bukti nyata
dari dampak hadlarah Barat. Hadlarah inilah yang kini berkuasa di seluruh
dunia. Dia telah menimbulkan berbagai dampak berbahaya, dan membahayakan
kelangsungan hidup umat manusia.
Namun jika kita mengamati hadlarah
Islam yang pernah berkuasa di dunia sejak abad VI hingga akhir abad XVIII M,
kita dapati betapa hadlarah ini tidak pernah menjadi penjajah, karena memang
bukan tabiatnya untuk menjajah. Hadlarah ini tidak membedakan antara kaum
Muslim dengan yang lainnya. Keadilan terjamin bagi seluruh bangsa yang pernah
tunduk di bawahnya selama masa kekuasaan Islam. Karena hadlarah ini berdiri
atas dasar ruh yang berusaha mewujudkan seluruh nilai-nilai kehidupan, baik itu
nilai materi, spiritual, moral, maupun kemanusiaan; disamping menjadikan akidah
sebagai titik perhatian dalam hidup ini. Kehidupan pun dipandang sebagai kehidupan
yang berjalan sesuai dengan perintah Allah dan larangan-Nya. Kebahagian hidup
adalah dengan meraih keridlaan Allah SWT. Apabila hadlarah Islam kembali
berkuasa di dunia sebagaimana masa-masa sebelumnya, tentu hadlarah ini akan
mampu menangani berbagai krisis yang melanda dunia, dan mampu menjamin
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar